Selasa, 21 Oktober 2014

Rumah Adat Kalimantan Selatan: Rumah Banjar atau Rumah Bubungan Tinggi

Kalimantan merupakan suatu pulau terluas diindonesia. Kalimantan ini terbagi dalam beberapa provinsi, salah satunya Kalimantan Selatan dengan ibu kota Banjarmasin. Sama seperti wilayah diindonesia, kalimantan selatan juga menyimpan pesona wisata, salah satunya jejak sejarah beberapa kerajaan. Yang tidak boleh terlewatkan iyalah rumah adat yang ada dikalimantan selatan, yaitu rumah bubungan tinggi. Rumah Bubungan Tinggi atau yang biasa disebut rumah banjar adalah salah satu jenis rumah adat tradisional suku banjar dari provinsi Kalimantan Selatan. Rumah banjar merupakan suatu rumah adat khas yang menjadi maskot di provinsi Kalimantan Selatan.
Sejarah Rumah adat Banjar
Rumah Bubungan Tinggi atau yang biasa disebut Rumah Banjar atau rumah baanjung yang berada pada provinsi Kalimantan Selatan. Disebut rumah Banjar, sebab memang mayoritas suku di Kalimantan Selatan adalah suku Banjar. Rumah yang mereka diami ini tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Selatan. Oleh sebab itu ia dinobatkan sebagai rumah adat provinsi tersebut. Adapun istilah “Rumah Bubungan Tinggi” mengacu pada bentuk rumah adat itu sendiri yang memang bagian atamnya tinggi dan lancip hingga membentuk sudut 45 derajat.
Rumah adat banjar atau rumah bubungan. Rumah adat Bubungan sudah lahir sejak abad 16. tepatnya pada masa pemerintahan Pangeran Samudera atau yang dikenal juga dengan nama Sultan Suriansyah. Di awal masa pembuatannya, rumah adat Banjar ini dilengkapi dengan konstruksi sedrhana berbentuk segi-empat yang cenderung memanjang dari depan ke balakang. Namun, seiring berjalannya waktu, rumah adat Banjar ini kemudian dimodifikasi sesuai kebutuhan si pemilik dengan menambahkan bagian rumah di samping kiri dan kanan. Adapun istilah yang digunakan untuk rumah adat Banjar yang ditambahkan bagian tertentu tersebut adalah “disumbi”. Padamulanya, rumah adat Banjar ini hanya bisa dijumpai di lingkungan kraton Banjar. Namun lama kelamaan, masyarakat juga turut membangun rumah dengan mengadopsi bangunan di lingkungan istana tersebut hingga persebarannya hampir merata bahkan hingga ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Yang unik dari Rumah adat banjar adalah kontruksi fisik rumahnya yang tidak sembarangan membuatnya. Bahan-bahan yang digunakan berpadu dengan kepercayaan yang dianut serta faktor fisik tanah di wilayah kerajaan Banjar saat itu. Penjelasan detilnya sebagai berikut:
  1. Pondasi, tiang juga tongkat pada rumah Banjar haruslah tinggi sebab tanah Banjar dahulu cenderung berawa. Kayu yang digunakan idealnya adalah kayu Galam atau yang disebut juga dengan nama Kayu Kapur Naga.
  2. Kerangka rumah pada rumah Banjar memakai ukuran tradisional depa yang ganjil sebab dipercaya memiliki unsur magis dan sakral. Bagian tersebut antara lain susuk yang terbuat dari kayu ulin, Gelagar yang terbuat dari belangiran juga dammar putih, lantai yang disusun dari papan kayu ulin dengan ketebalan 3 cm, rangka pintu juga jendela yang terbuat dari papan juga balokan kayu ulin dan lain-lain.
  3. Bagian lantai pada rumah adat Banjar ini dikenal juga dengan istilah Lantai Jarang. Ia umumnya terletak di Surambi Muka, Ruang Padu dan juga Anjung Jurai. Biasanya bahan yang digunakan untuk lantai adalah papan ulin selebar 20 cm, dan untuk Lantai Ranggang dari papan Ulin selebar 10 cm.
  4. Dinding rumah Banjar disusun dengan posisi papan berdiri dengan demikian dibutuhkan Balabad dan juga Turus Tawing agar bisa menempel. Bahannya dari papan Ulin sebagai dinding muka. Pada bagian samping dan belakang serta dinding Tawing Halat menggunakan kayu Ulin atau Lanan. Pada bagian Anjung Kiwa, Anjung Kanan, Anjung Jurai dan Ruang Padu, kadang-kadang dindingnya menggunakan Palupuh.
  5. Atap pada rumah Banjar merupakan signatur yang paling menonjol. Atap ini merupakan perlambang kekuasaan. Ia dibuat membumbung tinggi ke langit. Bahan atapnya terbuat dari sirap dengan bahan kayu Ulin atau atap rumbia.
  6. Tiang dan tongkat pada rumah banjar menggunakan kayu ulin, dan biasanya berjumlah mencapai 60 batang untuk tiang dan 120 batang untuk tongkat.
  7. Ornamen atau ukiran pada rumah banjar biasanya terletak pada tiang, tataban, papilis, dan tangga. Motif yang digambarkan adalah motif floral (daun dan bunga). Motif-motif binatang seperti pada ujung pilis yang menggambarkan burung enggang gading dan naga juga distilir dengan motif floral. Disamping itu juga terdapat ukiran bentuk kaligrafi. Kaligrafi Arab merupakan ragam hias yang muncul belakangan yang memperkaya ragam hias suku Banjar. Namun ukiran-ukiran di rumah Banjar juga masih ada yang berhubungan dengan kepercayaan Kaharingan, Aninisme, Dinanisme, maupun Hindu-Buddha, misalnya swastika, enggang gading, naga dan sebagainya.

Nilai Filosofis dan Religius pada rumah adat Banjar

Suku Dayak yang telah memeluk islamlah yang kemudian dikenal dengan nama Suku Banjar. Oleh karena itu, pengaruh agama islam pada rumah suku ini cukup kental. Simak saja pada ukiran di badan rumah yang melambangkan persaudaraan, kesuburan dan persatuan. Jika Anda jeli, Anda juga bisa menjumpai ukiran kalimat Syahadat, Salawat, nama-nama Khalifah serta potongan ayat Al-quran pada bagian tertentu dari rumah Banjar. Meski demikian, bukan hal yang mustahil bagi kita untuk menjumpai rumah Banjar dengan pengaruh agama Hindu dan Buddha yang masih kental.Selain nilai-nilai islami, pada rumah Banjar juga masih dijumpai nilai filosofis, antara lain:

Dwi Tunggal


Dwitunggal semesta, yakni kepercayaan bahwa rumah adalah tempat yang sakral sebab dewata juga ikut tinggal mendiami tempat tersebut. Meski samar, namun unsur-unsur ini masih teraca dengan jelas. Silahkan saja simak keberadaan ukiran naga yang samar-samar pada badan rumah. Ia merupakan perlambang alam bawah. Sementar itu, ukiran burung Enggang Gading melambangkan alam atas.

Pohon Hayat


Rumah Banjar identik dengan atapnya yang membumbung tinggi. Ia merupakan perlambang pohon Hayat yang menjulang ke langit. Pohon Hayat sendiri adalah simbol kosmis yakni cerminan dari berbagai dimensi yang menyatukan semesta.

Payung
Secara sepintas, atap pada rumah adat Kalimantan Selatan ini juga mirip paying. Dahulu, paying dianggap sebagai simbol orientasi kekuasaan. Ia juga merupakan perlambang kebangsawanan. Dahulu, payung kuning bahkan dianggap sebagai salah satu perangkat kerajaan yang tak boleh hilang dalam berbagai acara adat.

Simetris
Ini merupakan perlambang dari kehidupan yang seimbang. Rumah Banjar dibuat simetris untuk menunjukan sistem pemerintahan kerajaan Banjar yang seimbang.

Kepala-Badan-Kaki
Adapun bentuk dari rumah Banjar atau rumah Bubungan Tinggi menggambarkan manusia yang dibagi ke dalam 3 bagian besar yakni kepala, badan dan kaki. Adapun bagian anjungan sebelah kanan dan kiri mewakili bagian tangan kanan dan kiri manusia.
  1. Tata Ruang. Rumah adat Bubungan Tinggi khususnya dalam lingkup kerajaan dibagi ke dalam beberapa bagian. Salah satu bagiannya adalah ruangan semi publik yakni serambi atau yang dalam ejaan lokal disebut Surambi. Ruangan ini berjenjang dengan kronologis pertama surmabi muka, surambi sambutan dan surambi pamedangan yang berbatasan langdung dengan pintu utama rumah (Lawang Hadapan). Memasuki bagian rumah adat, akan dijumpai juga hirearkis yang sama yakni adanya lantai yang berjenjang antara lain Penampik Kecil, Penampik Tengah dan Penampuk Besar. Masing-masing lantai ini mencerminkan status sosial di Banjar pada masanya. Hiriarkis ini merupakan lambang tata karma yang kental.
  2. Tawing Halat. Dalam rumah adat Kalimantan Selatan ini Anda juga bisa menjumpai Tawing Halat atau dinding pemisah yang membagi dua ruangan semi private dan privat. Hal ini dimaksudkan agar raja bisa melihat dengan jelas tetamunya sedangkan tamu hanya bisa menerka keadaan raja di ruang semi privat tersebut.
  3. Denah Cacak Burung. Merupakan denah pada rumah Banjar yang membentuk simbol tambah (+). Ia merupakan potongan poros-poros bangunan arah muka menuju belakang serta arah kanan menuju kiri. Jika dikaji, pola ini sama dengan Cacak Burung yang memang dianggap sakral.

Rumah adat Banjar kini masih dilestarikan oleh pemerintah setempat dan warga banjarmasin. Kebanyakan masyarakat banjar pun menggunakan rumah adat banjar untuk tempat tinggal tetapi sudah diperbaharui karena seiring berjalannya waktu, dan rumah adat banjar pun sekarang banyak yang dibuat miniaturnya agar menjadi daya tarik wisata atau sovenir khas banjarmasin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar